Rabu, 12 Agustus 2009

PEMANCAR & PENERIMA TELEVISI

MODUL 6


PEMANCAR & PENERIMA TELEVISI


Oleh : Drs. Andi Fachrudin M.M.Si



Pemancar menjadi bagian yang sangat vital bagi stasiun penyiaran radio dan televisi agar tetap mengudara. Pemancara televisi di bagi dua bagian utama, yaitu sistem suara dan sistem gambar yang kemudian diubah menjadi gelombang elektromagnetik untuk dipancarkan melalui pemancar (transmitter). Dengan demikian, pemancar televisi terdiri dari dua jenis yaitu pemancar suara dan pemancar gambar. Sinyal-sinyal atau frekuensi televisi yang dipancarkan keudara terdiri dari beberapa macam sinyal.



Gelombang pembawa televisi hitam putih ada dua macam, yaitu gelombang pembawa gambar dan gelombang pembawa suara. Televisi berwarna memiliki sinyal yang lebih kompleks, karena sinyal-sinyal yang dibawa oleh gelombang pembawa terdiri dari sinyal gambar, sinyal suara dan sinyal lain yang dibutuhkan.



Gelombang pembawa suara menggunakan sistem FM dan gelombang pembawa gambar menggunakan sistem AM dengan frekuensi diatas 40 MHz ingá 890 MHz, bergantung saluran yang telah ditentukan. Sinyal yang bergetar pada frekuensi antara 54 sampai 216 MHz, disebut sinyal VHF atau frekuensi sangat tinggi. Sinyal yang mempunyai frekuensi antara 470 sampai 890 MHz disebut sinyal UHF atau frekuensi ultra tinggi. Panjang gelombangnya antara 0,1 - 1 meter.



Sistem pemancaran/transmisi dapat dilakukan dengan dua cara melalui;


1. Sistem pemancaran diatas tanah (terresterial)


Sistem pemancaran diatas tanah (terresterial) adalah sistem pemancaran siaran radio dan khususnya televisi yang dilakukan stasiun penyiaran disekitar jangkauan wilayahnya, yang tidak terlalu luas. Secara berantai dapat dilakukan selama daratan tersebut memiliki transmisi (TX). Bila tidak maka akan terputus termasuk juga bila dipisahkan dengan laut luas maka terresterial tidak berlaku. Contoh stasiun penyiaran televisi di Jakarta yang tidak boleh terhalang oleh apapun terutama gedung pencakar langit, maka pemancarnya harus tinggi dan pengiriman gelombang elektromagnetik ke luar wilayah lain, harus dibantu dengan pemancar lagi di lokasi lain yang melanjutkan ke wilayah yang lebih jauh, demikian seterusnya. Sedangkan untuk radio pemancarannya bisa merambat, namun tetap saja dalam sistem terresterial ini harus dibantu dengan pemancar lain ketika akan mengirim gelombang elektromagnetik ke wilayah yang lebih jauh. Dalam segi content siaran radio lebih bersifat lokal, dimana segmentasi audien radio sangat beragam sehingga tidak menguntungkan untuk siaran nasional kecuali radio Publik. Berbeda dengan televisi walaupun sebaiknya juga bersifat lokal content, Namun keuntungan yang mengiurkan dalam memperebutkan iklan, menyebabkan industri penyiaran televisi berlomba-lomba memperebutkan iklan dari Jakarta (sentral) sebagai pusat bisnis. Dampak negatif yang timbul monopoli siaran, iklan dan sumber daya manusia sangat merugikan perkembangan dan pemerataan diseluruh wilayah Indonesia.



2. Sistem satelit komunikasi (antariksa)


Sistem pemancaran dengan satelit komunikasi (antariksa) adalah sistem penyiaran dengan mengunakan luas diatas bumi yang bulat dengan pantulan dari satelit komunikasi yang diletakan di antariksa pada geostationary orbit. Sistem ini mengandalkan teknologi tinggi ini relatif lebih mahal dan bebas hambatan terkecuali terjadi gangguan pada stasiun bumi atau satelit komunikasi di antariksa. Dengan satelit komunikasi maka komunikasi telepon antar negara dan kota di Indonesia serta penyiaran televisi dan radio dapat menjangkau luas wilayah Indonesia yang sebagian besar pulau-pulaunya dikelilingi lautan luas. Berbagai peralatan canggih juga mampu mendukung siaran luar radio dan televisi dengan sistem satelit komunikasi, seperti satellite news gathering SNG dan ENG ketika stasiun rasio dan televisi membutuhkan jasa tersebut, tentunya hal ini harus bekerjasama dengan Telkom (satelit Palapa) atau Indosat (satelit Intelsat atau asing). Pada dasarnya, transponder satelit komunikasi dan DBS adalah pemancar yang terletak di satelit komunikasi dan DBS.



Satelit komunikasi dan DBS adalah rumahnya, sedangkan transponder adalah pemancarnya. Kegunaan transponder tersebut adalah;


a. Sebagai saluran telepon secara simultan.


b. Saluran siaran radio.


c. Saluran siaran televisi.


d. Saluran video/teletext dan lain-lain.



Penggunaan sistem satelit komunikasi harus mempunyai dua komponen utama, yaitu;


- Komponen Ruang Angkasa


Satelit komunikasi ditempatkan di garis edar satelit atau geostationary orbit (GSO), yaitu suatu wilayah di ruang angkasa setinggi 35.860 km diatas garis katulistiwa. Pancaran sinyal super high frequency (SHF) dari transponder satelit dapat meliputi 1/3 dunia. Dengan demikian, untuk menghubungkan berbagai tempat dimuka bumi diperlukan tiga satelit komunikasi.



Transponder


Jumlah transponder yang ada pada satelit bervariasi, ada yang berjumlah 12, 14, atau 64 transponder. Makin banyak jumlah transponder, maka harga satelit semakin mahal. Sebagai contoh; Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa generasi A memiliki 12 transponder, sedangkan generasi Palapa B memiliki 24 transponder, dan Palapa generasi C memiliki 32 transponder.


Satu transponder dapat berfungsi sebagai;


- 1300 saluran telepon secara simultan, atau


- 12 saluran radio atau


- 1 saluran TV-Warna



Biaya sewa 1 transponder per tahun US$ 1,2 juta.


Sedangkan biaya penggunaan jasa satelit;


- per 10 menit pertama ; US$ 850


- setiap tambah 1 menit setelahnya ; US$ 35



Biaya penggunaan jasa terresterial;


- per 10 menit pertama ; US$ 275


- setiap tambah 1 menit setelahnya ; US$ 17,50



- Komponen Darat


a. Stasiun pengendali bumi (stasiun bumi)


b. Antena parabola


c. Transmitter untuk uplink


a. Receiver untuk downlink


Uplink adalah pancaran sinyal (SHF) dari stasiun bumi ke satelit, sedangkan downlink pancaran sinyal dari transponder di satelit ke bumi yang melputi sepertiga dunia.


Jika antena parabola hanya dilengkapi dengan receiver tanpa dilengkapi uplink, disebut antena parabola penerima siaran televisi. Pemilikan dan penggunaan satelit harus meminta tempat di GSO dan alokasi frekuensi kepada saluran International Telecommunication Union (ITU) melalui saluran pemerintah bersangkutan. Di Indonesia, masalah telekomunikasi international diatur oleh PT. INDOSAT, sedangkan masalah telekomunikasi domestik diatur oleh PT. Telkom.



Pemakaian kanal frekuensi radio dan televisi harus diatur dengan tegas oleh Pemerintah sebagai pengatur jalur frekuensi agar tidak terjadi tabrakan atau penumpukan frekuensi yang mengakibatkan tidak mulusnya siaran radio ataupun televisi. Sebagai contoh jumlah stasiun televisi di Jakarta banyak menyebabkan jalur frekuensi menjadi padat. Oleh sebab itu bila TVRI memiliki kanal 39 UHF maka stasiun televisi lain yang beroperasi di sekitar Jakarta tidak boleh mengunakan kanal 38 UHF atau 40 UHF, karena akan terjadi benturan. Namun kanal 38 UHF dan 40 UHF dapat digunakan di daerah lain di Indonesia yang jauh dari Jakarta, karena tidak akan benturan tetapi didaerah tersebut seperti halnya contoh tadi, tidak boleh berdempetan kanalnya antara stasiun penyiaran.



Pada wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan Bekasi dapat dilihat beberapa contoh pemakaian kanal/channel yang telah diatur oleh pemerintah agar tidak terjadi tumpang tindih.














































Stasiun Televisi


Channel


Frekuensi


Trans TV


29 UHF


535,25 MHz


TPI


37 UHF


599,25 MHz


TVRI


39 UHF


615,25 MHz


Indosiar


41 UHF


631,25 MHz


SCTV


45 UHF


663,25 MHz


RCTI


47 UHF


647,25 MHz


TV7


49 UHF


695,25 MHz


Lativi


53 UHF


727,25 MHz


Metro TV


57 UHF


759,25 MHz



Siaran televisi harus dimulai dengan input dari kamera (camcorder). Proses yang terjadi di dalam kamera adalah penciptaan gambar proyeksi melalui pendekatan sistem lensa. Gambar proyeksi diubah menjadi gelombang elektromagnetik (sinyal listrik) di dalam pick up tube atau charge couple device (CCD).



Perbedaan antara kamera elektronik hitam putih dan warna terletak pada penciptaan warna dengan menggunakan cermin dikroik atau prisma. Sinar putih bila dilewatkan melalui prisma akan membentuk tiga warna; merah, hijau dan biru. Ketiga warna ini merupakan warna dasar televisi berwarna. Siaran televisi warna dapat ditangkap oleh pesawat televisi hitam putih dan warna hitam akan menambah kontras pada pesawat televisi berwarna.



Cara kerja kamera dengan cermin dikroik adalah dengan cara menangkap cahaya dari luar yang diterima melalui lensa, yaitu;


1. Cahaya melewati cermin dikroik,


2. Cermin pertama dan cermin kedua dilewati. Cermin pertama memantulkan sinar merah dan meneruskan sinar biru dan hijau. Sinar merah yang dipantulkan diterima oleh cermin pemantul.


3. Selanjutnya cahaya diteruskan ke tabung ortikon. Sedangkan sinar hijau tidak mengalami pemantulan dan terus berjalan ke tabung ortikon. Masing-masing warna dari berkas cahaya yang telah diuraikan oleh cermin yaitu merah, hijau dan biru akan melalui susunan lensa. Dan juga melalui


4. Filter warna.


5. Untuk menjamin kualitas warna masing-masing bayangan primer yang berwarna sebelum masuk ke tabung ortikon. Sinyal yang keluar dari tabung ortikon kemudian masuk kedalam sebuah penyerempak elektronik yang memperkuat intensitas.


6. Pada saat yang sama sinyal-sinyal primer masuk kedalam penyerempak warna,


7. Selanjutnya yang menggabungkannya dalam sebuah sinyal pembawa warna. Sinyal warna kemudian digabungkan dengan sinyal intensitas untuk membuat sinyal televisi yang lengkap. Sinyal ini kemudian masuk ke komponen transmisi untuk selanjutnya dipancarkan ke segala penjuru. Sedangkan sinyal audio diubah menjadi gelombang elektromagnetik melalui microphone (mike) yang mengubah suara menjadi arus listrik. Arus listrik kemudian diperkuat oleh penguat audio lalu masuk ke komponen pemancar yang selanjutnya memancarkan gelombang elektromagnetik melalui udara.



PENERIMA TELEVISI


Sedangkan jenis penerima televisi yang menangkap sinyal dari udara bebas, bukan kabel atau medium tambahan lain. Televisi jenis ini bisa diterima siarannya dengan menggunakan antena mirip tulang ikan. Dimana satu arah tertuju pada pemancar stasiun televisi dan dibelakang antena hanya satu sayap saja untuk menghalangi gangguan. Televisi siaran menggunakan sinyal elektromagnetik yang bekerja lurus sehingga sinyal ini akan mengalami hambatan jika bertemu dengan daerah berlembah dan berbukit atau kota yang memiliki banyak gedung pencakar langit.



Setelah memasuki antena penerima, sinyal radio mengalir melalui dua kabel sejajar yang disebut kabel koaksial sebelum memasuki pesawat televisi. Pada kabel koaksial, sinyal diperkuat dan digunakan untuk memandu getaran sebuah osilator listrik. Versi listrik dari sinyal radio dipisahkan menjadi sinyal video yang memandu aksi tabung gambar dan sinyal audio yang memandu pengeras suara.



Gelombang elektromagnetik yang diterima pesawat penerima, dipisahkan menjadi sinyal gambar dan arus audio. Sinyal gambar diperkuat dan kemudian memasuki komponen penerima. Dari komponen penerima, selanjutnya warna merah, biru dan hijau masuk ke masing-masing pemancar elektron yang ada di dalam tabung sinar katoda yang berisi tiga bedil elektron. Masing-masing dari tiga sinyal gambar yang telah diudarakan mengendalikan salah satu bedil elektron.



Permukaan kaca televisi berwarna, telah diendapkan ribuan titik bahan berpendar (fluor) dalam kelompok tiga-tiga dan setiap kelompok menyusun tiga serangkai. Warna merah, biru dan hijau melewati lubang-lubang kecil di belakang layar secara bersamaan dan menumpuk permukaan layar yang mengandung Fluor. Sebuah titik dalam setiap tiga serangkai hanya berpijar bila ditumbuk oleh sinar elektron, maka dihasilkan bayangan merah, bayangan hijau dan bayangan biru. Tiga sinar elektron menghasilkan warna yang sesuai dengan warna benda yang diambil oleh kamera televisi berwarna. Selanjutnya terjadi pencampuran warna-warna dari berbagai intensitas yang kita lihat sebagai gambar berwarna pada televisi.


Bila sinyal berwarna mencapai pesawat penerima hitam putih, data elektronik untuk warna diabaikan oleh sirkuit penerima dan hanya tersisa sinyal terang. Bila sinyal berwarna yang disiarkan itu diterima oleh antena penerima dan sirkuit penguat, maka;


1. Pesawat penerima akan memisahkan,


2. Sinyal berwarna dari sinyal terang. Kemudian, informasi berwarna diuraikan kembali.


3. Sedemikian rupa sehingga bila dikombinasikan dengan informasi terang yang menghasilkan seri sinyal warna primer yang siap untuk dipakai pada tabung berwarna.



Kualitas audio, video, dan pencahayaan yang dihasilkan dari dalam studio televisi, dikontrol di dalam subcontrol sebelum dikirim ke ruang master control. Materi siaran, selain berasal dari studio, juga berasal dari telecine/peralatan otomatis (seperti film, slide, foto, dan grafik) VTR/VCR Room (video tape/kaset), dispatch room, master control studio televisi lain, international master control/IMC (dari telkom/Indosat) dan dari OB-Van (siaran luar). Semua ini bermuara di master control stasiun penyiaran televisi. Untuk kontinuitas jalannya program siaran, program disusun di programme continuity. Program yang akan disiarkan dari ruang programme continuity dikirim kembali ke master control untuk diteruskan ke TX (pemancar) dan dipancarkan, baik berupa pancaran UHF atau VHF.



Pada siaran berita, penyiar disiarkan langsung, tetapi materi beritanya yang berbentuk materi siap siar diputar ulang dari ruang VCR/VTR jika materinya video, dan diputar ulang dari telecine jika materinya film. Materinya dapat juga diambil langsung dari lapangan (lokasi kejadian) apabila live dengan OB-Van (siaran luar) atau Satellite News Gathering.


Jika dilakukan wawancara jarak jauh, gambar narasumber dari studio dapat digabungkan atau didampingkan dengan gambar narasumber yang berada diluar studio, sehingga di layar televisi tampak dua orang saling berhadap-hadapan. Ini termasuk salah satu kelebihan media televisi.



Salah satu keunggulan teknologi modern penyiaran televisi adalah automatic programme control (APC) untuk memprogram mata acara siaran sehingga siaran dapat berjalan secara otomatis. Adapun untuk lebih jelasnya sinyal suara dan sinyal gambar yang berasal dari mata acara atau rangkaian mata acara, dapat;


1. Langsung dipancarkan untuk khalayak sasaran yang bersifat lokal,


2. Dikirim ke stasiun penyiaran di kota lain dengan bantuan jaringan terresterial (pancaran didaratan) atau kabel/serat optik.


3. Dikirim ke stasiun penyiaran atau pemancar lain dengan bantuan satelit komunikasi. Dalam hal ini, baik stasiun penyiaran maupun pemancar lain itu, harus dilengkapi dengan TVRO untuk menerima pancaran downlink dari satelit.


4. Dikirim langsung kepada khalayak dengan bantuan sistem satelit siaran langsung/SSSL (direct broadcast satellite system/DBS-system)


5. Dikirim langsung kepada khalayak dengan bantuan gabungan dari berbagai sistem tersebut.



Dengan demikian, penyiaran televisi memiliki sifat point to audience. Akan tetapi, untuk mencapai khalayak, dapat disiarkan dengan cara langsung, yaitu pada siaran yang bersifat lokal, maupun dengan cara tidak langsung, yaitu pada siaran regional dan internasional dengan menggunakan cara point to point, untuk mengantarkan sinyal audiovisual yang bermuatan mata acara atau rangkaian mata acara ke stasiun penyiaran atau pemancar lain yang dituju.



Beberapa peralatan untuk mengirim gelombang elektromagnetik dalam penyiaran adalah;


1. Microwave dapat berfungsi sebagai pengirim sinyal (transmitter) dan dapat pula sebagai penerima sinyal (receiver).


2. Stasiun transmisi (relay stasiun) dapat juga difungsikan sebagai pemancar/TX. (fungsi ganda)


3. Pancaran dengan daya pancar 20 kW akan melemah pada jarak pancaran 60 km sehingga perlu diperkuat. Jika daya pancar pemancar lebih kuat lagi maka akan dapat mencapai jarak yang lebih jauh.


4. Fungsi microwave sama dengan fungsi field pick up/FPU, hanya saja FPU untuk jarak dekat, misalnya dari OB-Van ke studio yang berada diluar stasiun penyiaran.



Baik siaran tunda maupun siaran langsung dapat menggunakan jasa jaringan kabel/serat optik, terresterial, satelit komunikasi, sistem DBS dan sistem gabungan. Setelah diliput dengan kamera elektronik sinyal audio dan video yang terbentuk dari peristiwa atau pendapat yang mengandung nilai berita, masalah hangat dan masalah unik, dapat;


a. Langsung disiarkan (live broadcasting);


- Langsung dikirim ke TX untuk dipancarkan.


- Langsung dikirm ke TX melalui jasa FPU untuk dipancarkan.


- Langsung dikirim ke TX studio lain di kota lain melalui jasa microwave (stasiun relay)


- Langsung dikirim ke TX studio lain di kota lain melalui jasa uplink untuk dikirim ke satelit komunikasi, kemudian oleh transponder di satelit, sinyal itu dipancarkan ke bumi yang diterima oleh stasiun bumi, dan selanjutnya dikirim ke TX stasiun yang dituju untuk dipancarkan kembali.


- Langsung dikirim ke DBS melalui jasa uplink, untuk selanjutnya sinyal ini dipancarluaskan ke bumi dan dapat diterima langsung oleh pemilik pesawat penerima televisi dirumah-rumah.


b. Siaran tunda (delay broadcast/recording)


Direkam atau bisa juga di shooting dahulu, kemudian baru disiarkan.



Penerimaan siaran televisi oleh masyarakat disetiap rumah dapat melalui beberapa cara, yaitu;


1. Secara langsung melalui antena yang pasang disetiap rumah. Antena penerima harus diarahkan ke Stasiun Transmisi atau Pemancar stasiun televisi agar menerima kualitas gambar yang lebih baik. Bentuk antena penerima seperti huruf V atau kerangka ikan. Semakin dekat dengan transmisi stasiun televisi semakin baik. Sebaliknya semakin jauh dari stasiun transmisi atau terhalang oleh gedung-gedung pencakar langit akan mengganggu kualitas siaran. Siaran yang diterima adalah siaran televisi yang menyiarkan siarannya secara bebas di sekitar wilayah tertentu.


2. Penerima siaran televisi dengan antena parabola. Siaran televisi yang diterima melalui antena parabola ini lebih berbeda karena dapat menjangkau wilayah 1/3 dari bumi. Sehingga siaran televisi dari stasiun televisi wilayah lain dan negara lain dapat terjangkau, sesuai dengan arah tujuan antena parabola diarahkan. Bila satelit yang dituju memiliki beberapa transponder dengan jumlah beberapa siaran televisi, maka seluruhnya dapat diterima dengan memindahkan channel saja.


3. Penerima siaran televisi berlangganan dengan antena parabola. Arah antena parabola untuk siaran televisi berlangganan ini letaknya berbeda. Karena satelit stasiun televisi berlangganan bukan di geostationary orbit, atau satelit Palapa. Melainkan Satelit Cakrawarta yang letaknya lebih rendah dari 36.000 km dari garis katulistiwa. Jumlah channel yang disajikan juga sangat banyak dengan variasi siaran yang beragam tanpa siaran iklan, karena biayanya ditanggung oleh pelanggan yang membayar iuran setiap bulan.

blog comments powered by Disqus

Posting Komentar



 

Mata Kuliah Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by SAER