MODUL 3
MEDIA PENYIARAN & DAN TEORI KOMUNIKASI
Oleh : Drs. Andi Fachrudin M.M.Si
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung percepatan penyampaian pesan kepada khalayak. Dapat dikatakan pesan yang dikirim melalui transmisi/pemancar hanya beberapa detik saja langsung diterima oleh pemirsa, meskipun jarak antara pengirim dan penerima relatif sangat jauh. Dengan teknologi 3 dimensi dapat langsung dinikmati melalui seluler, sedangkan pada teknologi digitalization era masyarakat tidak hanya menonton televisi tetapi ”How to use television”. Secara teknis perbedaan waktu yang terjadi adalah sepersepuluh detik.
Kemajuan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan manusia diseluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Radio dan televisi sebagai media penyiaran merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.
Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa, disamping ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu komunikasi pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.
Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Seperti halnya politik dan ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.
Studi komunikasi massa secara umum membahas dua hal pokok yaitu;
1. Studi komunikasi massa yang melihat peran media massa terhadap masyarakat luas beserta institusi-institusinya. Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain, seperti institusi politik, ekonomi, agama dan sebagainya. Teori-teori yang berkenaan dengan hal ini berupaya menjelaskan posisi atau kedudukan media massa dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur kemasyarakatan dengan media.
2. Studi komunikasi massa yang melihat hubungan antara media dengan audiennya, baik secara kelompok maupun individual. Teori-teori mengenai hubungan antara media audien terutama menekankan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media.
Secara umum teori komunikasi massa itu, terdiri dari teori komunikasi massa linear dan sirkular.
Teori Komunikasi Linear.
Berbagai teori komunikasi massa yang dikemukan oleh para ahli mencoba menjelaskan bagaimana proses berjalannya pesan dari sumber (sourse) kepada pihak yang menerima pesan atau komunikan (receiver). Teori-teori awal mengenai komunikasi massa yang ada sejak perang dunia ke I tetap dipergunakan hingga akhir perang dunia ke II, yaitu mengambarkan proses berjalannya pesan secara satu arah (linear) one way direction. Teori yang tertua adalah teori stimulus respon (S-R theory).
Model komunikasi Stimulus Respond:
STIMULUS
RESPON
Teori ini juga dikenal dengan teori jarum hipodermik atau teori peluru. Disebut demikian karena teori ini menyakini bahwa kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang bisa langsung masuk ke dalam jiwa penerima pesan. Sebagaimana peluru yang ditembakkan dan langsung masuk ke dalam tubuh. Teori ini mengambarkan proses komunikasi secara sederhana yang hanya melibatkan dua komponen yaitu media massa dan penerima pesan yaitu khalayak Media massa mengeluarkan stimulus dan penerima menanggapinya dengan menunjukkan respon sehingga dinamakan teori stimulus respon.
Sebagai bukti teori stimulus respon ini digunakan sejak dahulu ketika pemerintahan Nazi yang pimpin oleh Hitler, sangat ampuh melancarkan propaganda khususnya melalui radio untuk membangkitkan semangat rakyat. Sehingga dukungan tersebut membulatkan tekad Jerman untuk mengobarkan perang dunia terhadap musuhnya.
Salah satu teori yang merupakan model komunikasi klasik Aristoteles. Unsur-unsurnya yakni;
- Pembicara (speaker)
Dalam hal ini dapat disebutkan seorang penyiar, kemudian
- Pesan (mesage)
Termasuk tulisan/hasil menulis di radio
- Pendengar (listeners)
Khalayak yang mendengarkan dirumah melalui penerima
Model Aristoteles ini merupakan model komunikasi yang sangat sederhana jika ditinjau dari perspektif era masa kini. Kesederhanaan tersebut karena tidak menyebutkan unsur-unsur lain, seperti bagaimana proses mengirim pesan/saluran, umpan balik, efek, dan hambatan komunikasi.
Dari kajian perspektif model komunikasi Aristoteles, persuasi penyiar terhadap pendengar dalam siaran radio dapat dicapai dengan mengetahui siapa penyiarnya (etos-kepercayaan penyiar, apakah penyiar dapat dipercaya atau tidak), argumen penyiar (logos-logika pendapat penyiar, cara berpikir atau sistematika penyampaian materi siaran), serta bagaimana memainkan emosi pendengar (pathos-memancing emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuasif suatu siaran meliputi isi siaran, susunan siaran, dan cara penyampaiannya. Jadi, jika siaran difokuskan pada terjadinya komunikasi yang disegaja, dimana penyiar radio misalnya berusaha membujuk pendengar untuk menerima siarannya.
Seorang penyiar radio menjadi diminati oleh pendengarnya karena persuasi yang dilakukannya telah mempengaruhi pendengar, mereka diarahkan pada keadaan emosi tertentu. Demikian pula sebaliknya, kita harus menyadari bahwa persuasi siaran akan dipengaruhi pula oleh peran pendengar.
Selanjutnya adalah Model AIDA, yang memiliki empat tahapan sebagai berikut;
1. A (attention) menciptakan perhatian,
2. I (interest) menimbulkan ketertarikan,
3. D (desire) meningkatkan atau mempromosikan hasrat atau keinginan,
4. A (action) merangsang tindakan atau bereaksi untuk merespon informasi yang disampaikan.
Tahapan perhatian adalah menyakinkan khalayak dengan benar pada awalnya bahwa anda memiliki sesuatu yang berguna atau menarik untuk dikatakan. Khalayak seterusnya ingin mengetahui, Apa isi pesan untuk saya? Pada tahapan tertarik, media harus menjelaskan bagaimana pesan berhubungan dengan pendengar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pikiran khalayak. Mungkinkah ini dapat memecahkan masalah saya? Sedangkan tahap tindakan, diharapkan khalayak mengambilnya. Dengan target terakhir tahap tindakan membuat mudah bertindak.
Selanjutnya Watson and Hill mengungkapkan bahwa ”Berlo’s model does not record the flow communication, though the assumption must be that it is conceived as linear - in a line from source to receiver. Both feedback and the interaction of elements are implied rather than made explicit. In a successful act of communication. Berlo’s model suggests, the skill of source and receiver must to a considerable extent, Match each other. The same may be said for attitudes and values; and knowledge must be acknowledge. The model rewards analysis and testing out, especially its elegant portrait of the message”. Model ini dikenal dengan model SMCR (source-message-channel-receivers).
Model Berlo tidak mencatat aliran komunikasi, meski asumsi tersebut sulit dipahami layaknya sebuah garis (sebuah arus dari sumber yang mengarah ke penerima). Kedua elemen tersebut memunculkan umpan balik dan interaksi yang dinyatakan secara tidak langsung. Dalam sebuah kesuksesan tindakan komunikasi model Berlo menyarankan bahwa ketrampilan yang dimiliki oleh sumber dan penerima harus menjadi sebuah pertimbangan, dan disesuaikan satu sama lain. Kesamaan tersebut dinyatakan untuk sikap, nilai, dan pengetahuan. Model tersebut dianalisis untuk memperoleh penghargaan dan pengujian, khususnya gambaran dari pesan yang menarik.
Dalam aplikasinya, penyiar dan pendengar siaran radio model Berlo banyak dipengaruhi oleh factor keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, system social dan budaya. Pesan siaran dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan pancaindra khususnya pendengaran. Kelebihan model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, tetapi juga komunikasi antar pribadi seperti yang dimiliki oleh media radio, yakni pendekatan massa dan personal. Unsur yang harus diperhatikan dalam model Berlo ini, antara lain;
- S (source) atau sumber yang berarti media/penyiar.
- M (message) atau pesan yang berarti materi siaran, isi siaran/program.
- C (channel) saluran atau media massa yang berarti radio (dan lain sebagainya), dan
- R (receiver) atau komunikan yang berarti listeners (pendengar).
Pada tahun 1948 Harold Lasswell mengemukakan teori komunikasi yang bersifat satu arah. Model Lasswell yaitu berupa ungkapan verbal; Who says what in which channel to whom with what effect.
Model Komunikasi Lasswell:
| |
Model komunikasi Lasswell dan model Stimulus Respon menunjukkan pesan yang selalu bergerak secara linear (satu arah). Dimulai dari komunikator hingga berakhir pada efek. Hal yang membedakan antara teori Lasswell dan Stimulus Respon, Lasswell berupaya menggambarkan komponen-komponen yang terlibat dalam proses komunikasi secara lebih lengkap.
Model komunikasi yang dikemukan Harold Lasswell dalam bukunya A Dictionary of Communication and Media Studies yang ditulis oleh James Watson dan Anne Hill adalah;
- Who
- Says What
- In Which Channel
- To Whom
- With What Effects
Model tersebut lebih menitikberatkan kepada kelompok khusus yang bertanggung jawab dalam melaksanakan fungsi korelasi. Misalnya, dalam lingkungan radio siaran seorang penyiar radio membantu mengorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap informasi baru. Pada model Lasswell pun, tidak semua komunikasi yang bersifat dua arah berlangsung (masih dikatagorikan satu arah) dalam suatu aliran yang lancar, demikian pula dengan umpan balik yang terjadi antara pengirim (penyiar) dan penerima (pendengar). Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak informasi yang difilter oleh pengendali pesan, editor, penyensor, atau propagandis yang menerima informasi dan menyampaikannya kembali kepada public dengan beberapa perubahan dan penyimpangan.
Lasswell juga mengatakan bahwa penting bagi masyarakat untuk menemukan dan mengendalikan factor-faktor yang mungkin mengganggu efisiensi komunikasi. Jika diaplikasikan dalam komunikasi siaran radio, model Lasswell terdiri atas;
- Unsur pengirim (who/komunikator/penyiar) yang merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan,
- Unsur pesan (say what-pesan/bahan) untuk analisis isi siaran radio,
- Unsur saluran komunikasi (In which channel-media) yang dikaji dalam analisis media radio,
- Unsur penerima (to whom-receiver/pendengar) yang dikaitkan dengan analisis khalayak, dan
- Unsur pengaruh (with what effect-influence/akibat) yang ditimbulkan pesan komunikasi pada pendengar.
Seperti halnya negara-negara yang melarang kebebasan pers maka model komunikasi linear sangat ampuh untuk meredam gejolak politik untuk mempertahankan ideologi dan kekuasaan. Pada era orde baru dimana hanya televisi pemerintah yang mengudara menyebabkan seluruh informasi yang sampaikan pro pemerintah. Apabila pesan yang disampaikan bersifat rekayasa dan disampaikan terus menerus maka hal itu menimbulkan persepsi suatu kebenaran. Dalam dunia politik propaganda melalui media massa sangat cocok untuk melakukan pembenaran suatu hal yang tidak ada. Contoh mendiskriditkan suatu kelompok Islam oleh pihak barat dengan memunculkan sosok Osama Bin Laden. Tokoh yang disebut-sebut sebagai pengerak aksi terorisme di barat ini seakan tidak tersentuh oleh mereka. Tidak tertutup kemungkinan hal ini suatu pembenaran terhadap suatu hal yang sebenarnya tidak ada.
Selama teori ini ada maka komunikasi media massa hanya sampai pada efek yang tidak menimbulkan feed back. Dimana media penyiaran misalnya yang menyiarkan berbagai program acara, tidak dapat diketahui apakah program itu disukai atau tidak, pada bagian mana yang tidak cocok, dan mana yang cocok? Pada suatu lapisan dan gaya hidup masyarakat.
Pandangan yang mengira bahwa umpan balik yang akan datang dari penulisan surat kabar, dan penyiaran informasi radio dan televisi tidak ada atau bahkan tidak penting sangat keliru. Karena sebenarnya hal ini akan berubah sesuai dengan kamujuan teknologi dimana teori komunikasi linear ini tidak tepat lagi pada era teknologi yang semakin maju dan semakin banyaknya negara yang menjalankan kebebasan pers untuk era keterbukaan.
Teori Komunikasi Sirkular:
Umpan balik dalam komunikasi massa lahir dalam teori komunikasi yang kemukakan oleh Melvin DeFleur (1970) yang memasukkan perangkat umpan balik yang memberikan kemungkinan kepada komunikator untuk dapat lebih efektif mengadaptasikan komunikasinya.
Model Komunikasi DeFleur:
Pada era teori linear menganggap bahwa umpan balik pada komunikasi massa bersifat terlambat atau bersifat tidak segera oleh sebab itu perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa umpan balik itu bisa bersifat langsung dan segera. Kecepatan umpan balik yang diterima media penyiaran dari audiennya saat ini memiliki kecepatan yang sama sebagaimana komunikasi tatap muka (interpersonal).
Media penyiaran sudah memiliki analogi yang sama dengan komunikasi interpersonal sebagaimana dua orang yang sedang berbicara (interpersonal). Saat ini banyak program interaktif yang disiarkan oleh media penyiaran. Program interaktif adalah acara siaran televisi atau radio yang dapat melibatkan pendengar dan pemirsanya secara langsung dimanapun berada. Komunikasi antara penyiar televisi atau radio berlangsung dengan melibatkan medium komunikasi lainnya misalnya telepon, SMS, fax, email dan lain-lain. Dengan demikian, volume umpan balik yang diterima media massa saat ini sudah tidak terbatas, seketika, dan salurannya tidak tunggal. Contoh suatu program yang disiarkan bisa mendapat respon telepon, SMS, fax dan sebagainya dalam jumlah ratusan bahkan ribuan, oleh sebab itu feedback dan respon yang diterima menjadi tidak terbatas.
Teori Joseph R. Dominick (2002) memperkenalkan teori komunikasi dengan urutan sebagai berikut; Lingkungan - Media Massa - Saluran - Khalayak - Umpan balik. Pada teori ini, proses komunikasi tidak diawali dengan komunikator tetapi dari lingkungan. Karena menurut Dominick lingkunganlah yang membawa informasi kemudian diterima oleh media massa. Seperti halnya ketika terjadi bencana alam tsunami di Aceh dan Yogyakarta, proses komunikasi tidak mulai dari media massa tetapi dari lingkungan selanjutnya media massa sebagai Lembaga Sosial yang merespek hal tersebut untuk diinformasikan pada seluruh pemirsa.
Model Komunikasi Joseph R. Dominick:
Media Saluran media Audien
Umpan balik