Kamis, 06 Agustus 2009

KEMAMPUAN ALAMI

Modul 6


Persepsi


KEMAMPUAN ALAMI


Pada manusia kemampuan penginderaan paling mendasar dan kemampuan persepsi adalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini. Bayi dapat membedakan aroma yang beragam, dapat membedakan suara manusia dari suara lainnya. Bayi akan terkejut pada suara bising serta memutarkan kepala menghadap sumber bising tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bayi mempersepsikan suara sebagai sesuatu yang berasal dari satu tempat dalam suatu ruang.


Bayi dapat membedakan ukuran dan warna pada usia dini, bahkan mungkin setelah mereka lahir. Bayi dapat membedakan kontras, bayangan-bayangan, dan pola kompleks hanya sesudah beberapa minggu pertama sejak mereka lahir Persepsi kedalaman berkembang pada beberapa bulan pertama.


Kemampuan persepsi bersifat bawaan, namun pengalaman memiliki peranan penting. Bila bayi kehilangan pengalaman tertentu pada periode waktu yang penting -periode kritis- maka kemampuan persepsi mereka juga akan rusak. Kemampuan bawaan tidak akan bertahan lama karena sel-sel dalam sistem saraf mengalami kemunduran, berubah, atau gagal membentuk jalur saraf yang layak. Ketika orang dewasa yang buta sejak bayi kembali dapat melihat, mereka dapat saja melihat, tetapi sering kali mereka tidak dapat melihat dengan baik.



PENGERTIAN PERSEPSI


Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.


Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Dalam penginderaan orang akan mengkaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengkaitkan dengan objek (Branca, 1964).


Persepsi [perception] merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan dikatakan yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan dengan sensasi [sensation]. Yang terakhir ini merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris.


Sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.
Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi adalah proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris [energi fisik dari lingkungan] melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “neural” yang bermakna. Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.

Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu, misalnya.
Contoh klasik dari fungsi persepsi ini tampak pada gambar berikut ini. Coba perhatikan baik-baik, gambar siapa yang Anda lihat?



Berapa usia wanita ini?


Sekarang, coba lihat gambar berikutnya. Tutup


Berapa usia perempuan di gambar ini?


Dalam contoh gambar pertama, mungkin Anda akan melihat gambar seorang gadis yang sedang memandang ke arah kanan. Pada gambar kedua, mungkin seseorang masih akan melihat seorang gadis seperti pada gambar yang pertama, tapi sebagian orang yang lain akan melihat seorang nenek. Nenek atau gadis yang Anda lihat? Apakah Anda juga bisa melihat yang sebaliknya [dari gadis ke nenek, dan dari nenek ke gadis]? Apakah Anda bisa melihat keduanya pada saat yang bersamaan?



Contoh klasik ini menggambarkan the power of perception. Gambar ini adalah sebuah stimulus sederhana yang hanya menyangkut satu sensasi yaitu visual, dan cukup untuk menghasilkan persepsi yang berbeda. Bayangkan dalam kehidupan sehari-hari, ada begitu banyak pengalaman perseptual yang sangat mungkin menimbulkan persepsi yang berbeda.


PERIODE KRITIS


Kemampuan persepsi bersifat bawaan, namun pengalaman memiliki peranan penting. Bila bayi kehilangan pengalaman tertentu pada periode waktu yang penting -periode kritis- maka kemampuan persepsi mereka juga akan rusak. Kemampuan bawaan tidak akan bertahan lama karena sel-sel dalam sistem saraf mengalami kemunduran, berubah, atau gagal membentuk jalur saraf yang layak. Ketika orang dewasa yang buta sejak bayi kembali dapat melihat, mereka dapat saja melihat, tetapi sering kali mereka tidak dapat melihat dengan baik.


Jenis-jenis persepsi


Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :


1. Persepsi visual


Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya[. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum.


2. Persepsi auditori


Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.


3. Persepsi perabaan


Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.


4. Persepsi penciuman


Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.


5. Persepsi pengecapan


Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.


Prinsip Persepsi


Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
Gambar berikut menunjukkan bahwa persepsi manusia bukanlah hasil penjumlahan unsur-unsurnya [segitiga terbalik ditambah bujursangkar biru yang terpotong], tetapi seseorang dapat melihat ada segitiga putih di tengah walau tanpa garis yang membentuk segitiga tersebut.



Segi tiga putih


Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama [=figure] dan mana yang menjadi latar [=ground].
Contoh gambar gadis dan nenek, menunjukkan bahwa seseorang dapat menjadikan bentuk gadis sebagai figure, dan detil yang lain sebagai ground, atau sebaliknya.


Beberapa contoh visual lain dapat dilihat berikut ini.


Wajah perempuan atau pemain terompet?


Liar?


Berhias?



Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi figure, dan informasi lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam psikologi yang menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.



FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSEPSI


1.Objek yang dipersepsi


stimulus datang dari luar dan dari dalam individu.


2. Alat indera, saraf, dan pusat susunan saraf


alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak. Saraf motoris diperlukan untuk mengadakan respon.


3. Perhatian


perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek



FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG BERPENGARUH DALAM PERSEPSI


1. Kebutuhan


Ketika membutuhkan sesuatu atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau menginginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini. Sebagai contoh, seorang yang lapar akan lebih cepat melihat kata-kata yang berhubungan dengan makanan ketika kata-kata ini ditampilkan dalam waktu yang sangat singkat di layar (Wispe&Drambarean, 1953)


2. Kepercayaan


Apa yang kita anggap sebagai hal yang benar dapat mempengaruhi interpretasi kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu.


3. Emosi


Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi sensorik.


4) Ekspektasi


Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan dunia (Lachmann, 1996).Kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu sesuai dengan harapan disebut sebagai set persepsi (perceptual set).



PROSES TERJADINYA PERSEPSI


Alur proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:


Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor (proses ini disebut proses kealaman/ proses fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak (proses ini disebut proses fisiologis). Kemudian terjadilah proses di otak sebagi pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang diraba (proses ini disebut proses psikologis).


Skema respon yang terjadi pada individu dapat digambarkan sebagai berikut:


L ____ S___ O___ R___ L


L = lingkungan


S = stimulus


O = organisme atau individu


R = respon atau reaksi


atau


¨ L___ S___ R___ L


L = lingkungan


S = stimulus


R = respon



Prinsip Pengorganisasian Persepsi



Untuk mempersepsi stimulus mana menjadi figure dan mana yang ditinggalkan sebagai ground, ada beberapa prinsip pengorganisasian.
Prinsip proximity; seseorang cenderung mempersepsi stimulus-stimulus yang berdekatan sebagai satu kelompok.


Contoh visual:


image007


Pada contoh ini, seseorang akan cenderung melihat ada dua kelompok gambar titik merah dibandingkan dengan ada 4 lajur titik.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang akan mempersepsikan beberapa orang yang sering terlihat bersama-sama sebagai sebuah kelompok / peer group. Untuk orang yang tidak mengenal dekat anggota “kelompok” itu, bahkan akan tertukar identitas satu dengan yang lainnya, karena masing-masing orang [sebenarnya ada 4 lajur titik] terlabur identitasnya dengan keberadaan orang lain [dipersepsi sebagai 2 kelompok titik].


Prinsip similarity; seseorang akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai satu kesatuan.


Image: Contoh visual.


Pada gambar ini, walaupun jarak antar titik sama, tetapi orang cenderung mempersepsi bahwa terdapat dua kelompok / lajur titik [yaitu titik yang berwarna merah dan titik yang berwarna biru] dibandingkan empat lajur titik.



Prinsip continuity
; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun sebenarnya stimulus tidak lengkap.

Contoh visual. Image

Pada gambar ini, seseorang cenderung untuk mempersepsikan bahwa ada dua garis yang bersilang membentuk huruf “X”, alih-alih melihatnya sebagai kumpulan titik-titik.

Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah fenomena tentang bagaimana gosip bisa begitu berbeda dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai informasi oleh seseorang, kemudian diteruskan ke orang lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lain yang dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak diketahui faktanya.


Berikut ini contoh gambar yang lebih kompleks, yang menunjukkan bekerjanya prinsip-prinsip yang diuraikan sebelumnya dalam persepsi manusia.



Image


Berapa wajah manusia yang Anda dapat lihat pada gambar ini?



HUKUM-HUKUM PERSEPSI


Hukum persepsi menurut teori gestalt sebagai berikut:


1) Hukum Pragnanz


Apa yang dipersepsi itu oleh individu itu penuh arti, suatu kebulatan yang mempunyai arti penuh, meaningful. Oleh kaum gestalt dipandang sebagai hukum yang pokok.


2) Hukum Figure-Ground


Ada dua (2) bagian dalam perceptual field, yaitu figure (merupakan bagian yang dominan dan fokus perhatian) dan ground (melatarbelakangi atau melengkapi). Antara figur dan ground dapat pindah atau bertukar peran satu dengan yang lain. Hal ini tergantung pada perhatian seseorang dalam mengadakan persepsi itu.


3)Hukum Kontinuitas


Stimulus yang mempunyai kontinuitas satu dengan yang lain, akan terlihat dari ground dan akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseuruhan



4) Hukum Kelengkapan atau Ketertutupan (Closure)


Dalam persepsi adanya kecenderungan orang mempersepsi sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap, sehingga menjadi sesuatu yang penuh arti atau berarti.



Ada 2 Teori yang berbeda tentang Persepsi :



1.Teori Elemen


Dalam individu mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi mula-mula adalah bagian-bagiannya, baru kemudian keseluruhannya. Jadi menurut individu tersebut hal yang primer adalah bagian-bagiannya sedangkan hal yang sekunder adalah keseluruhannya.



2. Teori Gestalt


Dalam mempersepsi seseorang mempersepsi keseluruhannya baru bagian-bagiannya.Teori Gestalt mula-mula dikemukakan oleh Wertheimer atas kejadian yang dialaminya pada waktu ia di stasiun kereta api yang dinamakan phi-phenomena, yaitu bahwa dalam seseorang mempersepsi sesuatu tidak hanya semata-mata tergantung pada stimulus objektif, tetapi individu yang mempersepsi juga berperan dalam persepsi tersebut. Dalam contoh yang dialaminya bahwa stimulusnya adalah sinar yang tidak bergerak, tetapi dipersepsi sebagai sesuatu yang bergerak.


Sampai sekarang teori ini masih bertahan namun teori Gestalt lebih berkembang daripada teori Elemen. Baik teori gestalt maupun teori elemen keduanya berpengaruh dalam berbagai macam bidang.


Teori Gestalt mula-mula dikemukakan oleh Wertheimer atas kejadian yang dialaminya pada waktu ia ada di stasiun kereta api yang dinamakan phi-fenomena , yaitu bahwa dalam manusia/individu mempersepsi sesuatu tidak semata-mata tergantung pada stimulus objektif, tetapi individu yang mempersepsi juga berperan dalam persepsi tersebut.


Contoh yang dialaminya bahwa stimulusnya adalah sinar yang tidak bergerak tapi dipersepsi sebagai sesuatu yang bergerak.



OBJEK PERSEPSI DAN KONSISTENSI DALAM PERSEPSI


Objek persepsi berupa:


1. diri sendiri (self-perception)


2. manusia (person/ social perception)


3. non manusia (nonsocial/ things perception)



Konsistensi dalam persepsi, meliputi:


1. Konsistensi bentuk


contoh: bentuk uang logam adalah bulat


2. Konsistensi warna


contoh: susu murni berwarna putih


3. Konsistensi ukuran (size)


contoh: binatang gajah ketika dewasa berukuran besar, lebih besar daripada


harimau




Determinan Persepsi


Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.

Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.

Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.

Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.

Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.

Contoh gambar yang menjelaskan faktor-faktor di atas adalah berikut ini.

Perhatikan gambar berikut, gambar apa yang Anda lihat?




Image


Apakah Anda melihat gambar lumba-lumba? Apakah setelah diberikan ada cue / tanda bahwa ada gambar lumba-lumba, Anda kemudian baru bisa melihatnya?




Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi dan konteks.

Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.

Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.

Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.



Stimulus yang menarik perhatian individu untuk dipersepsi




  1. Intensitas atau kekuatan stimulus

Agar stimulus dapat dipersepsi oleh individu, stimulus tersebut harus cukup kuatnya. Sehubungan dengan kekuatan stimulus dapat dikemukakan bahwa pada umumnya stimulus yang kuat akan lebih menguntungkan dalam kemungkinannya untuk dipersepsi dibandingkan dengan stimulus yang lemah.


Misal : Penjual Obat, dosen mengajar di kelas





  1. Ukuran Stimulus

Ukuran stimulus yang lebih besar lebih menguntungkan dalam menarik perhatian apabila dibandingkan dengan ukuran yang kecil. Contoh : Papan reklame




  1. Perubahan Stimulus

Stimulus yang monoton kurang menguntungkan dan karena itu perlu adanya perubahan dari stimulus itu untuk dapat lebih menarik perhatian.


Contoh : Jam berdetak tiap hari tidak akan diperhatikan, tetapi kalau tiba-tiba mati maka jam tsbt akan diperhatikan




  1. Ulangan dari Stimulus

Stimulus yang diulangi pada dasarnya lebih menarik perhatian daripada yang tidak diulangi.


Contoh : Bunyi kentongan yang berkali-kali akan lebih menarik perhatian orang.




  1. Pertentangan atau kontras dari stimulus

Stimulus yang bertentangan dengan sekitarnya akan lebih menarik perhatian orang. Hal ini disebabkan karena stimulus itu lain dari keadaan umumnya.



ILLUSI


Illusi adalah kesalahan dalam memberikan arti terhadap stimulus yang diterima. Misalnya tonggak dikira sebagai orang yang sedang berdiri.


Faktor-faktor penyebab terjadinya illusi antara lain:


1) Faktor ke-alaman


Illusi terjadi karena faktor alam, misalnya illusi ekho (gema), illusi kaca.


2) Faktor stimulus


a. stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan illusi. Misalnya


gambar yang ambiguous.


b. stimulus yang tidak dianalisis lebih lanjut, yang memberikan impresi secara total.


Misalnya Illusi Muller-Lyer,


3. Faktor individu


disebabkan karena adanya kebiasaan dan adanya kesiapan psikologis (mental set).


JENIS-JENIS ILLUSI


· llusi fisiologis , seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau elihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atu otak setelah mndapat rangsangan tertentu secara berlebihan.


· Illusi kognitif diasumsikan terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu diluar.


Illusi kognitif dibagi menjadi:


1. Illusi ambigu, yaitu gambar atau objek dapat diartikan secara berlainan. Contoh:


2. Illusi distorsi, yaitu terdapat distorsi ukuran, panjang, atau sifat kurva (lurus atau lengkung). Contoh: Illusi Muller-Lyer


3. Illusi paradoks, disebabkan karena objek yang paradoksial atau tidak mungkin.


4. Illusi Fiksional, didefinisikan sebagai persepsi objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tetapi bukan bagi orang lain, misalnya disebabkan karena schizophrenia atau halusinogen, lebih tepatnya disebut halusinasi.


5. Illusi optis adalah illusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Contoh: illusi 1, illusi 2, illusi 3, illusi 4


image012 image013 image014 image015


image016 image017 image018 image019


Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika.



PERHATIAN


Perhatian merupakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi, yang menrupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek.


Berdasarkan segi timbulnya perhatian, dapat dibedakan menjadi dua (2) yaitu:


1. Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul secara spontan.


2. Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja karena itu harus ada kemauan utnuk menimbulkannya.


Berdasarkan objek perhatian dibedakan menjadi dua (2) yaitu:


1. Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek


2. Perhatian yang luas, yaitu perhatian individu yang pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekaligus.


Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perhatian dapat dibedakan lagi menjadi:


1. Perhatian terpusat, yaitu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada sesuatu objek.


2. Perhatian terbagi-bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek


Berdasarkan fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan menjadi:


1. Perhatian yang statis, yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju kepada objek tertentu


2. Perhatian yang dinamis, yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lain.


Oleh : Sri Wulandari s.Psi, Psi

blog comments powered by Disqus

Posting Komentar



 

Mata Kuliah Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by SAER