Minggu, 13 September 2009

WAWANCARA STUDIO

Modul 14


WAWANCARA STUDIO


Oleh : Sainuddin, S.Sos



Dalam dunia jurnalistik wawancara khusus opini mempunyai nilai tambah, lebih-lebih kalau yang menjadi sumber wawancara memiliki nama atau keistimewaan dan opini yang dikemukakan merupakan suatu yang sama sekali baru dan belum pernah dikemukakaan kepada media lain.


Persiapan Materi Wawancara


Persiapan Wawancara Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah sebagai berikut:


Pertama, sebelum melakukan wawancara harus menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail.


Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah permalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara.


Ketiga, setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut.


Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelumterjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.


Kelima, sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan wawancara, untuk meminta dan m,enentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu cukup ketat.


Keenam, yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga diperlukan membaca karakter calon nara sumber.


Persiapan peralatan


Persiapan Peralatan yang diperlukan antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang sopan. Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat perhatian, karena jangan sampai mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang insya Allah mampu menggali sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang peralatan jurnalistik.


Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu menemukan orang yang, sesuai dengan bidang dan keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait dengan permasalahan yang akan menjadi topik wawancara. Misalnya, soal kerusakan lingkungan tentunya wawancara di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah tersebut, sehingga pembicaraan ‘nyambung’. Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah ditentukan maka sudah selayaknya menepati waktu yang sudah disepakati bersama. Namun wawancara itu bisa dilakukan di manadan kapan saja, asal sama-sama dalam kondisi yang memang sifatnya serba mendadak, tetapi penguasan masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita yang diharapkan. Wawancara bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di depan pintu, ketika nara sumber sedang masuk mobil asal nara sumber memberi kesempatan seperti itu. Namun itu diperlukan persiapan matang dari wartawan yang bersangkutan, terutama pengenalan lebih dulu pewancara dengan nara sumber. Pelaksanaan Wawacara


Tiba saatnya wawancara yang perlu mendapat perhatian hal-hal sebagai berikut:


Menjaga Suasana Ini sangat penting dalam pelaksanaan wawancara dibuat lebih rileks, sehingga berjalan dengan santai tidak terlalu formal meskipun membahas masalah yang serius. Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan baik memerlkan waktu, karena itu sebelummemasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak kalau dibuka dengan hal-hal yang umum. Misalnya, soal keadaan nara sumber baik itu masalah kesehatan, hobi dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati. Meski sifat basa-basi ini diperlukan untuk menarik simpati supaya nara sumber sehibngga tidak terlalu pelit dengan pernyataan atau pendapat baru. Kecuali kalau pewawancara sudah sangat dekat basa-basi itu bisa dikurangi, lebih-lebih kalau memang waktu untuk wawancara sangat terbatas, pewawancara harus tanggap. Itupun juga kita dibicarakan sebelum melangsungkan wawancara. Dalam menjaga suasana ini sudah selayaknya dilakukan, antara lain jangan membuat nara sumber marah atau tersinggung, sehingga percakapan langsung diputus. Jangan marah-marah atau memojokkan nara sumber. Bersikap Wajar Dalam wawancara seringkali berhadapan dengan nara sumber yang benar-benar pakar, tetapi tidak jarang yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Namun demikian tidak perlu rendah diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber, seharusnya bisa mengimbangi atau mengangkatnya.


Pewawancara juga harus bisa mencegah supaya nara sumber tidak berceramah, karena itu persiapan menghadapi berbagai karakter ini sangat diperlukan. Karena itu dalam persiapan wawancara ini diperlukan,menguasai materi, selain menguasai nara sumber dan pandai-pandai membawakan diri agar tidak direndahkan.


Apabila menghadapi nara sumber yang tidak menguasai masalah bisa mengarahkan tetapi tanpa harus menggurui, sehingga bisa memahami persoalan yang akan digali. Memelihara Situasi Secara sadar sering terbawa emosi, sehingga lupa sedang menghadapi nara sumber, karena itu dalam wawancara harus pandai-pandai memelihara situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan dan jangan sampai terjebak ke dalam situasi perdebatan dengan nara sumber yang diwawancarai. Juga perlu dihindari situasi diskusi yang berkepanjangan atau bertindak berlebihan sampai menjurus ke arah interograsi apalagi menghakimi. Misalnya, wawancara dengan seorang direktur rumah sakit terkait dengan kasus flu burung, karena etika kedokteran, sehingga harus dijaga dirahasiakan. Namun pewawancara memaksakan kehendak, sehingga menimbulkan ketegangan dan menghakimi direktur tersebut, bukan mendapat informasi malah tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus mampu mencari celah untuk kembali pada situasi, agar mendapatkan informasi yang lebih jelas.


Tangkas Menarik Kesimpulan Pada saat wawancara berlangsung dituntut untuk secara setia mengikuti setiap jawaban yang diberikan nara sumber untuk menarik kesimpulan dengan tangkas. Dengan kesimpulan yang tepat wawancara terus bisa dilanjutkan secara lancer. Kesalahan yang sering dilakukan wartawan pada saat mengambil kesimpulan kurang tangkas, sehingga nara sumber harus mengulang kembali apa yang telah disampaikan. Kalau itu terjadi berulangkali maka akan membuat nara sumber bosan, sehingga wawancara tidak berkembang, membuat pintu informasi menjadi tertutup. Akibat yang paling parah kehilangan sumber berita, karena nara sumber takut salah kutip. Bagi nara sumber yang teliti dan kritis, satu persatu kalimat akan menjadi pengamatan. Salah kutip ini harus dihindari dalam setiap wawancara, Jangan takut minta pernyataan diulang atau bahkan ada kata yang kurang jelas seperti ucapan bahasa Inggris harus selalu dicek kebenaran arti dan ejaannya.


enjaga Pokok Persoalan Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam setiap wawancara agar dalammenggali informasi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan hasil yang memuaskan. Seringkali dalam menjaga pokok persoalan ini diliputi perasaan rikuh kalau kebetulan ayng diwawancari pejabat atau mempunyai otoritas dalam hal tertentu. Serngkali untuk menjaga situasi ini ada anjuran pewawancara mengikuti apa yang dikatakan nara sumber


Meski harus mengikuti pembicaraan nara sumber diharapkan tidak lari dari pokok persoalan bahkan berusaha mempertajam pokok masalah, agar tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya memang bercerita tentang lingkungan tetapi di tengah-tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan. Kritis Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara agar mendapat informasi yang lebih terinci dan selengkap-lengkapnya. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap persoalan yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli dan kritis merupakan kaitan dengan kemampuan menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan oleh nara sumber.


ekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok persoalan, tetapi juga menangkap gerakan-gerakan yang diwawancarai. Berkait dengan pokok persoalan kalau kritis menangkapnya maka bisa meluruskan data bila nara sumber salah mengungkapkannya. Baik itu tentang angka, tempat kejadian dan sebagainya. Ini penting sebagai bahan untuk menuliskan laporan, sehingga benar-benar utuh dan penuh warna. Kalau perlu ketika nara sumber sedang memberikan keterangan dalam keadaan gelisah, terus menerus mengepulkan asap rokok dan sebagainya, hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering. Sopan Santun Dalam wawancara sopan santun perlu dijaga, karena ini menyangkut etikat pergaulan di dalam masyarakat yang harus mendapat perhatian dan dipegang teguh. Dalam menghadapi nara sumber kendali sudah mengkenal betul, tidak bisa bersikap sembarangan, sombong atau perilaku yang tidak simpatik lainnya. Bila akan merokok, sementara nara sumber tidak merokok harus minta izin. Apalagi kalau ruangan tempat wawancara ber-AC maka sopan santun perlu dijaga. Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada nara sumber,. Karena telah memberikan kesempatan dan mendapatkan informasi dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara pesan kepada nara sumber untuk tidak keberatan dihubungi bila ada data yang diperlukan ternyata masih kurang. Hal-hal praktis yang perlu mendapat perhatian dalam mengadakan wawancara berkaitan dengan sopan santun: Tidak perlu gusar bila nara sumber yang menjadi target wawancara menolak dengan alasan sibuk. Mencoba dan mencoba lagi, agar diberi waktu untuk wawancara merupakan suatu upaya, sampai mendapat kesempatan untuk membuat perjanjian waktu. Untuk mendapat perjanjian bisa melalui telepon atau mendatangi langsung kantor atau rumahnya.


ihindari datang terlambat pada saat akan melakukan wawancara dan lebih baik datang lebih awal. Jangan sampai salah mengeja nama orang yang diwawancarai dan lebih baik minta kartu nama atau paling tidak ketika nama nara sumber itu sulit dieja diminta dengan hormat untuk menuliskan di bloknote yang digunakan untuk mencatat hasil wawancara. Cek kembali peralatan tulis apakah sudah lengkap, karena kalau sampai ada peralatan tidak terbawa bisa membuat suasana awal dari wawancara menjadi kurang berkesan.



Persiapan Teknis


Alat perekam. Dalam wawancara yang dipakai untuk pengumpulan bahan, mungkin ini tak begitu diperlukan. Tapi untuk wawancara khusus, perekam jadi sangat penting. Selain ingatan kita terbatas, ini untuk menghindari adanya salah pengertian dan keliru menuliskan angka, singkatan dan sebagainya.


Notes. Selain untuk membantu ingatan, catatan-catatan kecil bsia sangat membantu. Toh tak semua pekerjaan wawancara bisa dilakukan oleh alat perekam. Kalau bisa menulis steno, tentu akan sangat membantu. Malah tanpa perekam pun tak jadi soal. Jika steno tak bisa, jadikanlah notes sebagai panduan.


Misal:


menit 5 pernyataan menarik soal


menit 15 kutipan untuk judul


menit 30 data-data statistik.



Persiapan Non-teknis


Referensi. Jangan pernah melakukan wawancara dengan kepala kosong. Paling tidak, kuasailah pokok persoalan. Semakin banyak semakin baik. Bukan untuk mengajak nara sumber debat, paling tidak kita tidak mudah dikelabui nara sumber.


Background nara sumber. Selain kapasitasnya, juga pribadinya. Kelak ini akan membantu saat kita sudah melakukan wawancara. Kita bisa memulai wawancara terasa santai dan mengalir jika tahu karakter nara sumber.



Beberapa hal penting


· Dengar dan perhatikan. Simaklah apa saja yang disampaikan nara sumber. Tanyakan kalau kurang jelas atau ada informasi yang kurang lengkap. Bisa disela, tapi lebih baik sesudah sumber selesai bicara.


· Buatlah nara sumber terasa nyaman. Ini trik klasik agar kita bisa menggali informasi sebanyak-banyaknya. Bisa dengan mewawancarai dia di kantornya atau dari sikap bertanya kita yang tak boleh seperti polisi saat menginterogasi pelaku kejahatan.


· Mengawali wawancara. Awalnya, tanyakan hal-hal yang lebih ringan atau yang menjadi interestnya sebelum akhirnya kita berbelok pelan ke inti persoalan. Tapi, hindari basa-basi. Kalau nara sumber tak bisa menerima sendirian alias mesti ramai-ramai, tembak langsung dengan inti persoalan. Kalau punya pertanyaan yang bisa menyinggung perasaan, tanyakan di akhir kesempatan setelah semua soal lain terjawab.


· Memilih pertanyaan, Pertayaan yang baik adalah separuh dari jawaban itu yang sering kita dengan dalam seni berwawancara, Frinsipnya kita jangan hanya menerima apa saja yang dikatakan narasumber, Kalau perlu bersikaplah curiga, tapi jangan kelihatan, Jika kita punya data atau refrensi yang memadai, Anda bisa menyelanya atau mengkonfrontir data jika ada yang dianggap tidak akurat, Pertayaan ”apakah benar anda melakukan pertemuan dengan Si A” akan mendapatkan jawaban beda dengan ”Apa yang anda bicarakan dalam pertemua dengan si A di Hotel Mulia?”


· Evaluasi catatan. Di sela-sela wawancara, liriklah notes; adakah data yang kurang atau sesuatu yang tak jelas? Kalau ya, tanyakan. Atau, tanyakan kepada nara sumber, masih adakah yang perlu disampaikan tapi lupa ditanyakan?


· Mengakhir wawancara. Tanyakan nomor kontak nara sumber, baik rumah, kantor atau handphone. Katakan bahwa kemungkinan Anda akan menghubungi dia lagi lain waktu. Jangan lupa ucapkan terima kasih.



TAHAPAN PRODUKSI PROGRAM ACARA


Secara umum dibagi menjadi 3 bagian Pra Produksi Produksi Pasca Produksi



BRAIN STORMING


Membuat /menentukan detail konsep bersama-sama dengan Producer, Creative Melakukan analisis script/scenario /rundown berdasarkan konsep/ ide yang telah disepakati


Menentukan peralatan pendukung teknis meliputi : Kamera, Lighting, Audio dan perangkat teknis lainnya sesuai dengan konsep program KOORDINASI Melakukan koordinasi dengan crew pendukung teknis meliputi : TD, Kameraman, Switcherman, Audioman, Lightingman menyangkut konsep acara dan kebutuhan peralatan produksi Me-review kembali kebutuhan teknis produksi dengan Producer dan Creative



EKSEKUSI


Membuat /menentukan bloking kamera Melakukan supervisi terhadap penataan set panggung, lighting, kamera, audio, switcher, CG etc.


Bersama-sama TD memastikan kesiapan perangkat teknis lainnya


Memandu jalannya Gladi Bersih bersama FD


Berkoordinasi dengan producer dan krabat kerja yang lain


Melakukan Briefing bersama seluruh crew pendukung acara mengenai rundown acara SHOOTING PROGRAM ( Live / Taping ) Mengarahkan produksi Program Acara


EVALUASI


Bersama Producer dan crew pendukung teknis lainnya melakukan evaluasi


EDITING


Mengikuti proses editing program


Bila Dibutuhkan



Rundown


Untuk sebuah produksi televisi, rundown merupakan panduan yang dijadikan acuan seorang program director atau pengarah acara dalam menjalankan sebuah acara televisi. Rundown biasanya disusun oleh produser dan didiskusikan dengan tim produksi. Format pembuatan rundown tidak mutlak, sangat tergantung dari karakteristik format acara televisi itu sendiri. Rundown format berita misalnya agak sedikit berbeda dengan rundown untuk acara berformat non drama ( quiz, gameshow, music, variety show,magazine ,dll).


Rundown merupakan susunan isi cerita dari sebuah program acara yang dibatasi oleh durasi(panjangnya item acara), segmentasi dan deskripsi atau bahasa naskah.


Untuk acara berdurasi 30 menit biasanya dibagi menjadi empat segment, namun beberapa acara berdurasi setengah jam ini juga kadang terbagi menjadi 3 segment. Sedangkan acara berdurasi 60 menit biasanya terbagi atas 5 atau 6 segment. Salah satu fungsi pembuatan segmentasi ini adalah untuk keperluan penempatan commercial break atau iklan. Misalnya, total konten program acara berdurasi 30 menit adalah 24 menit,sisanya yang 6 menit untuk iklan.


Selain kolom “Segment”, hal penting lainnya adalah “Description”. Di kolom ini dijelaskan tentang apa saja isi dari setiap segment. Sedangkan jika ada catatan penting lainnya, bisa dimasukan ke dalam kolom



PRA PRODUKSI PRODUKSI PASCA PRODUKSI


Executive Producer Producer Program Director Kameraman Switcerman Audioman Lightingman Talent / Host Art/ Set Design Technical Director Floor Director VT Make Up Script Graphic / CG On Air / MCR HUBUNGAN KERJA



TYPE OF SHOOT Close Up


KOMPOSISI dan CAMERA ANGLE Low Angle High Angle Eye Level Head Room Looking Room


CAMERA MOVEMENT Pedestal Up/Down Tilt Up/Down Swing Panning Trek Right Trek Left


Multicamera adalah format shooting dengan menggunakan lebih dari satu kamera, dihubungkan melalui satu sistem yang terintegrasi . Jadi, kalaupun menggunakan lebih dari satu kamera ketika tidak terintegrasi satu sama lain maka format tersebut belum bisa dikategorikan sebagai multicam system . Sedangnkan dari segi penayangannya bisa disiarkan secara langsung ( live ) atau tayang tunda ( live on tape ). Jenis acara televisi yang menggunakan multicamera di antaranya : talkshow, sitkom, game show, music show , quiz, magazine, variety show.


CAMERA BLOCKING BLOKING UNTUK WAWANCARA DENGAN 2 KAMERA


CAMERA BLOCKING BLOKING UNTUK WAWANCARA DENGAN 3 KAMERA 1 2 3 two shoot Group shoot one shoot


CAMERA BLOCKING BLOKING UNTUK MUSIK DENGAN 5 KAMERA


CAMERA BLOCKING Sketsa Set Design


BAHASA KOMANDO… STANDBY Aba-aba untuk meminta kepada seluruh pendukung acara baik crew maupun talent/presenter untuk bersiap-siap memulai acara / program. Dapat juga berarti aba-aba untuk kameraman agar jangan merubah komposisi gambar karena akan di ambil . Contoh : “ Studio standby….Crew Standby….” Atau “ Standby kamera satu….Take kamera satu….” COUNTDOWN Hitungan mundur untuk memberi aba-aba agar program di mulai tepat sesuai waktu yang di tentukan Dapat juga berarti memberikan jeda waktu pada proses recording antara satu adegan ke adegan berikutnya, untuk mempermudah pada proses editing Contoh : “ Standby … lima…empat…tiga…dua…satu…action !!!...”


Big Close Up = BCU Close Up/Close Shot = CU/CS Medium Close up = MCU Mid Shot = MS Medium Long Shot = MLS Long Shot = LS Very Long Shot = VLS Wide Angle = WA Low Angle/High Angle = LA/HA 2S = 2-Shot OTS O/S = Over the Shoulder Centre/Centre of Frame= C,COF Zoom In/Zoom Out = Z/I,Z/O FAVouring = fav FRAme Left or Right = fr L or R A/B = As Before


Pan L or R Tilt up or down Ped Up/elevate Ped Down/depress Crane up or down Crab L or R Arc L & R Track in or out Focus up/ defocus/ pull focus


CUE / ACTION Aba-aba untuk artis, talen, presenter atau performer yang lain untuk memulai adegan atau aksinya sesuai dengan script/ naskah. Dalam produksi program besar yang melibatkan banyak orang, komando dari Director diteruskan kepada Floor Director Contoh : “… tiga…dua…satu…Cue Sandrina…!!” atau “Camera ..!!! ..Action…!!” “ TAKE” / “ON” Aba-aba untuk kameraman sebagai tanda gambarnya di ambil, biasanya dilakukan untuk produksi program dengan multi kamera. Contoh : “ Standby kamera satu… Take kamera satu” atau “ Kamera satu …On..!!”


Take two, Take Tree… dst Isyarat untuk meminta untuk dilakukan pengambilan gambar ulang, karena pengambilan gambar pertama terjadi kesalahan atau hasilnya tidak memuaskan. ROLLING / PLAY Aba-aba kepada VTR operator untuk memulai pemutaran video tape, bisa juga berlaku sebagai aba-aba untuk memulai perekaman. Contoh : “… standby VTR… rolling VTR….” Atau “ Stndby VTR …rolling record VTR… tiga..dua..satu..”


WIDE SHOOT / Tide Shoot Perintah kepada kameraman untuk pengambilan sudut gambar lebar atau sempit Contoh : “… kamera satu wide….” CUT Perintah untuk memotong adegan BUNGKUS/ CLEAR Komando sebagai isarat bahwa seluruh kegiatan produksi telah usah. Dapat juga berarti proses pengambilan gambar pada satu scene telah usai atau pengambilan gambar pada satu tempat telah usai, diteruskan ke tempat berikutnya


FLOOR DIRECTOR Bertugas sebagai penghubung dalam menyampaikan pesan- pesan Pengarah Acara kepada kerabat kerja dan para artis pendukung dalam produksi suatu acara.



Memenuhi syarat level gambar kamera tv sesuai dengan standart teknik pertelevisian.


Menghasilkan prespektif 3D dan efek kedalaman gambar


Menghasilkan efek dramatis dan efek visual lainnya


Dapat digunakan sebagai efek penentu waktu sebuah adegan


Menunjang komposisi shoot


TATA CAHAYA Fungsi TATA CAHAYA


SECARA UMUM ADA 2 JENIS CAHAYA LAMPU


TUNGSTEN


DAY LIGHT


TATA CAHAYA Back Light Key Light Area Key Light Fill Light Area Edge Light Area Fill Light Area Side Light Area Side Light Area Edge Light Area


Lighting Director


bertugas sebagai seseorang yang


bertanggung jawab terhadap


Keberhasilan penataan


cahaya di studio baik


secara artistik maupun


yang mampu menyentuh


perasaan yang sesuai


dengan


tuntutan naskahnya.


TATA CAHAYA Lighting Studio Berita


Contoh Shooting Board


SISTEM PENYIARAN SEDERHANA STUDIO MCR Rumah Rumah


Satelit Palapa C Satsiun Bumi Satelit Palapa A Satelit Palapa B Satelit Palapa C SATELIT Pemancar



SISTEM PENYIARAN TELEVISI


SNG ( SATELLITE NEWS GATHERING ) sistem pengiriman sinyal (audio/video) melalui satelit dan memancarkannya kembali kebumi. disebut SNG Van (Mobil SNG) Untuk memudahkan mobilitas . SNG dan OB Van SNG Van


BLOCK DIAGRAM STUDIO PRODUCTION TO TRANSMITER CG VDA ADA


BLOCK DIAGRAM EFP


STUDIO Studio Fixed Set Program Famous to Famous Studio Virtual News


STUDIO TELEVISI ADALAH TEMPAT YANG DIGUNAKAN UNTUK KEGIATAN MEMPRODUKSI ACARA TELEVISI, BISA BERUPA RUANGAN TERTUTUP MAUPUN DI ALAM TERBUKA.


Kamera studio Kamera ENG ( Electronic News Gathering ) Kamera EFP ( Electronic Field Production ) JENIS - JENIS KAMERA


Pedestal KAMERA & Asesoris


TELEPROMPTER KAMERA PROMPTER


VIDEO CONTROL ROOM Video Switcher Control Room


Program Preview BASE BUTTON SUB BUTTON Konfigurasi wipe AUX BUTTON TRANSITION VIDEO SWITCHER PRODUCTION Switcher adalah seseorang yang bertanggungjawab terhadap pergantian gambar, baik atas permintaan Pengarah Acara atau sesuai dengan shooting script/rundown yang telah disusun sebelumnya. DSK KEY BUTTON KEY CONTROL


Pada produksi TV akan ditemukan editing dalam 3 bentuk :


Video switching in real time, mempergunakan production switcher ( video mixer)


Post production videotape editing


Film editing


Meskipun secara mekanis masing-masing prosesnya berbeda, efek artistiknya bisa jadi


hampir sama.Yang perlu diperhatikan pada saat editing adalah :


Moment yang dipilih untuk diganti dari satu shot ke shot lainnya. ( cutting point )


Bagaimana pergantian shot tersebut (cut, mix,dsb) dan kecepatan transisi.


Order of shots ( sequence ) dan durasinya ( cutting rhythm ).


Mempertahankan kualitas gambar yang baik dan kesinambungan audio. Menggabungkan adegan yang diambil pada waktu dan tempat berbeda, apabila adegan diambil dengan satu kamera.


MICROPHONE & JANGKAUAN DINAMIC CONDENSOR REBON


AUDIO CONTROL ROOM Audioman adalah petugas yang mengatur perimbangan suara dari berbagai sumber, dengan jalan melakukan perekayasaan dalam penempatan mikrofon dan lain sebagainya. Audio Control Room dg Mixer Digital Mixer Analog


MIXER AUDIO MIXER 16 INPUT Contoh distribusi audio


ALAT UKUR AUDIO LED Meter Display VU Meter Display


CENTRAL EQUIPMENT ROOM CER Fiber Optic


VTR adalah peralatan yg digunakan untuk merekam (Record) dan memutar (playback) gambar dan suara untuk keperluan siaran.


MACAM-MACAM VTR :


Betacam


DVC Pro


Mini DV / DV Cam


VHS / S-VHS


VTR ( Video Tape Recorder)


MASTER CONTROL Master Control Room Terminal Operation


STUDIO LIGHTING BALCAR CYBER PAR GOBO


PORTABLE LIGHTING RED HEAD HMI DEDO FRESNEL PAR PORTABLE


MIXER LIGHTING LIGHTING CONSOLE

blog comments powered by Disqus

Posting Komentar



 

Mata Kuliah Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by SAER