MODUL PERTEMUAN KE - 12
MATA KULIAH :
TEKNOLOGI AHAN & KONSTRUKSI
MATERI KULIAH:
Proses Penyelidikan, Proses Standar, Pertimbangan Pengambilan Sampel, Kualitas Pengujian, Hirarki Penyelidikan Beton.
POKOK BAHASAN:
KEBUTUHAN PENYELIDIKAN
1-1 PROSES PENYELIDIKAN
Proses penyelidikan dalam pekerjaan beton meliputi semua tahapan yang dimulai dari penyelidikan dan pencarian sumber material, pengambilan contoh uji (sampel), pengujian bahan, perancangan komposisi, pengadukan, pengambilan contoh uji beton segar, perawatan dan pengujian beton keras.
a) Pengambilan Sampel
Sampel atau contoh uji adalah bagian kecil dari suatu kumpulan material dalam jumlah besar yang sedang berada dalam proses pengapalan, stockpile (penimbunan material), batch, truk, mobil angkut, atau belt-conveyor.
Karakteristik sampel menunjukkan sifat dan karakteristik material yang diuji. Alat ukur dan metode pengambilan sampel dapat mengikuti aturan statistik. (Edward et.al, 1994). Pengertian sampel dalam statistik adalah contoh uji dalam populasi, yaitu sekumpulan sampel uji yang diduga mempunyai sifat dan karakteristik yang homogen.
Menurut aturan statistik, metode pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random), bergantung pada populasinya. Teknik pengambilan ini harus memenuhi karakteristik variabilitas sampel, dengan tetap memperhatikan banyaknya sampel uji yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria statistik tersebut.
b) Perencanaan Sampel
Banyaknya sample yang diambil tergantung dari banyaknya populasi atau kumpulan material yang akan diuji. Hal ini biasanya didasarkan pada kriteria mengenai berapa penyimpangan yang boleh diterima (secara statistik dirumuskan berdasrkan kriteria variabilitas).
Sampel yang diambil harus menginformasikan nomor contoh, ukuran, sumber asal lokasi material, saat pengambilan dan prosedur-prosedur baku teknik pengambilan.
Hal ini harus didasarkan pada kebutuhan kasar banyaknya sampel untuk untuk pengujian laboratorium. Variasi keseragaman material dalam populasi akan menentukan juga banyaknya sampel yang dibutuhkan. Semakin tinggi variasinya, semakin banyak sampel yang dibutuhkan, meskipun harus tetap memperhatikan kriteria rata-rata standar deviasi yang diharapkan.
1-2 PROSEDUR STANDAR
a) Standar Nasional Indonesia
Menurut Standar Nasional Indonesia, pengujian bahan tertuang dalam Pedoman Beton 1989 (draft konsesus) mengenai persyaratan pelaksanaan konstruksi. Ketentuan yang sudah dibakukan dan menjadi syarat standar antara lain :
Semen, air, dan agregat halus memenuhi ketentuan dalam SK.SNI.S-04-1989-F Spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) meliputi spesifikasi tentang perekat hidrolis, air dan agregat sebagai bahan bangunan.
Bahan tambah harus memenuhi spesifikasi bahan tambahan beton SK.SNI.S-18-1990-03, sedangkan bahan tambahan pembentuk gelombang harus mengikuti SK.SNI.S-19-1990-03 mengenai spesifikasi bahan tambahan gelembung udara untuk beton.
Metode perancangan dalam pembuatan beton harus mengikuti tata cara yang disyaratkan dalam SK.SNI.T-15-1990-03 untuk perancangan campuran beton normal.
Perancangan dalam pembuatan beton dengan karakteristik tertentu, misalnya harus kedap air, tahan sulfat, dan serangan terhadap ion-ion klorida maka harus mengikuti standar SK.SNI.S-36-1990-03 tentang spesifikasi beton kedap air, SK.SNI.S-37 tentang spesifikasi beton tahan sulfat dan SK.SNI.M-38-1990-02 tentang spesifikasi kadar ion klorida.
Setelah komposisi bahan penyusun beton didapatkan, maka tahapan pengadukan dan pengecorannya juga harus mengikuti SK.SNI.T-28-1991-03 tentang tata cara pengadukan dan pengecoran beton. Beton yang telah diaduk haruslah diambil contoh uji dengan mengikuti ketentuan SK.SNI.T-16-1991-03 yaitu tata cara pembuatan benda uji untuk pengujian laboratorium mekanika batuan.
Selanjutnya beton juga harus dirawat mengikuti ketentuan SK.SNI.M-62-1990-03 tentang metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dilaboratorium. Selanjutnya contoh uji yang telah dirawat dilakukan pengujian tekan, geser, lentur tergantung kebutuhannya.
Beberapa standar yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut antara lain SK.SNI.M-10-1991-03 untuk pengujian kuat tekan uniaxial batu, SK.SNI.M-08-1991-03 tentang metode pengujian kuat lentur batu memakai gelagar sederhana dengan system beban titk ditengah, SK.SNI.M-09-1991-03 untuk pengujian geser langsung dan SK.SNI.M-11-1991-03 untuk pengujian modulus elastisitas batu pada tekanan sumbu tunggal.
b) Standar Lainnya (ASTM)
Beberapa metode yang dapat digunakan menurut Standar ASTM dalam pengambilan sampel dapat dilihat di Tabel 7.1
Deskripsi | ASTM |
Standard | |
Practice for Sampling Freshly Mixed Concrete | C.172 |
Method for Sampling and Testing of Hydraulic Cement | C.183 |
Method for Sampling and Testing Fly Ash for Use as an Admixture in | C.311 |
Portland Cement Concrete | |
Method or Reducing Field Samples of Aggregate to testing Size | C.702 |
Practice for Examination and Sampling of Hardened Concrete in Construction | C.823 |
Practice for Sampling Aggregate | D.75 |
Method for Sampling and Testing Calcium Chloride for Roads | D.345 |
and Structural Application | |
Practice for Random Sampling of Construction Material | D.3665 |
Practice for Probability Sampling of Material | E.105 |
Practice for Choice of Sample Size to Estimate The Average Quality of | E.122 |
a Lot or Process | |
Practice for Acceptance of Evidence Based on the Result of Probability | E.141 |
Sampling |
Tabel 7.1 Standar ASTM untuk Beton dan Pembuatan Material Beton
1-3 PERTIMBANGAN PENGAMBILAN SAMPEL
Banyaknya sampel uji yang diambil akan mempengaruhi aspek ekonomis. Pertimbangan aspek ekonomis juga tetap harus mempertimbangkan tingkat variabilitasnya.
Nilai keacakannya atau probabilitas sampel yang diijinkan sebagai alat ukur dari tingkat kepercayaan untuk mengestimasi dari populasi yang diuji. Nilai bias atau untur subjektivitas dalam pengambilan sampel harus diusahakan sedemikian hingga dapat dikurangi atau dihilangkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan dan perencanaan banyaknya sampel uji, antara lain dipengaruhi oleh;
a) Kecenderungan perencana dalam melihat material dilapangan jika kondisi yang ditemukan merupakan kondisi material yang berat, padat, dan kotor mengatakan bahwa sampel tidak dapat digunakan. Hal ini lebih banyak karena kecenderungan subjektivitas atau keputusan perencana sendiri tanpa melalui proses pengujian awal.
b) Banyak kasus pengambilan sampel tanpa memperhatikan kaidah statistik sehingga keterwakilan sampel dalam populasi menjadi bias.
c) Kecenderungan peningkatan teknologi yang menyebabkan pengolahan material lebih dapat homogen sehingga sampel uji yang diambilpun dapat lebih sedikit karena teknologi yang digunakan sudah otomatis membagi populasi material dalam kelompok-kelompok tertentu.
1-4 KUALITAS PENGUJIAN
Kualitas pengujian sebagai kontrol dalam suatu proses sudah banyak diwujudkan dalam sebuah standar yang meliputi kontrol tergadap kualitas pengambilan sampel, pengujian dan evaluasi penerimaan.
Selain hal baku tersebut kualitasnya sangat dipengaruhi oleh sistem dalam laboratorium itu sendiri. Menurut ISO Guide 49 tentang petunjuk kualitas.
Beberapa hal yang harus dijelaskan (tipikal topik) terhadap hasil pengujian dalam kerangka penulisan pelaporan hasil pengujian beton meliputi:
a) Daftar isi
b) Kebijakan kualitas
c) Terminologi
d) Deskripsi struktur laboratorium
e) Staff
f) Peralatan pengujian, kalibrasi dan perawatan
g) Lingkungan
h) Metode Pengujian dan prosedur
i) Updating dan kontrol dari dokumen kualitas
j) jenis-jenis pengujian
k) Verifikasi
l) Laporan percobaan
m) Pendataan (record)
n) Tanggung jawab dan komentar
o) Sub-kontrak dan kerjasama dengan laboratorium lain
1-5 HIRARKI PENYELIDIKAN BETON
Secara hirarki penyelidikan dimulai dari saat pengambilan material disumbernya (quarry) yang merupakan penyelidikan pendahuluan. Penyelidikan ini dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan praktis.
Setelah dilakukan analisis kelayakan maka barulah diambil sampel ujinya untuk kebutuhan laboratorium. Pengambilan ini mengikuti kaidah statistik ataupun prosedur baku yang ditentukan. Kemudian dilakukan penyelidikan dilaboratorium.
Hasilnya dianalisis dan diberikan suatu rekomendasi untuk tahap pengujian selanjutnya. Jika kelayakan hasil uji laboratorium dadapat, berdasarkan karakteristik dan sifatnya dilakukan tahapan perancangan komposisi, pengadukan dan pengambilan sampel uji beton segar serta pengambilan contoh uji untuk tahap pengujian beton keras.
Secara sistematik tahapan pengujian mengikuti diagram alir seperti Gambar 7.1 untuk pekerjaan beton yang besar.
KEBUTUHAN VOLUME | SURVEY PENDAHULUAN DI QUARRY | |
PEKERJAAN | ||
ASPEK EKONOMI | KELAYAKAN MATERIAL SECARA PRAKTIS | |
(Jarak Angkut, Harga, Kualitas dll) | ||
Survey Pendahuluan | ||
PERENCANAAN KEBUTUHAN SAMPEL | ||
(Mempertimbangkan Aspek Ekonomi dan Statistik) | ||
METODE PENGAMBILAN SAMPEL | ||
PROSEDUR STANDAR DAN | PENGUJIAN SAMPEL | |
KAIDAH STATISTIK | (Prosedur Standar) | |
ANALISIS DATA | ||
Pengujian Bahan Penyusun | ||
PERANCANGAN CAMPURAN, PENGADUKAN | ||
PENGAMBILAN CONTOH UJI BETON SEGAR | ||
SERTA PENGUJIANNYA | ||
PERAWATAN, PENGUJIAN BETON KERAS | ||
Pengujian Beton | ||
EVALUASI DAN REKOMENDASI | PELAPORAN |
Ganbar 7.1 Hiararki Penyelidikan Beton
LATIHAN
1. Bagaimanakah proses penyelidikan dalam suatu pekerjaan beton?
2. Apa yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel dalam pekerjaan beton?
3. Mengapa kaidah statistik dalam penyelidikan beton harus diikuti?
4. Jelaskan hirarki penyelidikan beton?
Oleh : Alizar, M.T